Tren coaching kian bertumbuh tahun demi tahun. Semakin banyak pemilik bisnis menyadari manfaat besar yang bisa didapat dari program coaching.
Semakin banyak demand, semakin banyak supply.
Banyak orang yang mengklaim dirinya adalah seorang business coach. Namun tidak sedikit jumlah pemilih bisnis yang kecewa terhadap hasilnya.
Jadinya ada sebagian yang menganggap coaching ini hal yang tidak bermanfaat. Yang lebih mengkhawatirkan, ada yang menganggap coaching adalah bisnis “menjual ludah”.
Jika benar demikian, mengapa seorang CEO perusahaan kelas dunia seperti Bill Gates dan Eric Schmidt mengatakan setiap orang membutuhkan coach?
Pembahasan tentang coaching dalam artikel ini dibagi menjadi beberapa bagian agar para pembaca bisa mendapatkan pengertian yang sebenarnya.
- Definisi Coaching
- Prinsip Coaching
- Syarat Menjadi Seorang Coach
- Perbedaan Coaching Dari Yang Lainnya
- Definisi Mentoring
- Definisi Consulting
- Mana Yang Cocok Untuk Bisnis Saya?
- Mengapa Kombinasi Coaching-Mentoring?
- Apa Tanda-tanda Kita Membutuhkan Seorang Coach?
- Seberapa Besar Tingkat Keberhasilan Coaching?
- Mau Ikut Coaching, Mulai Dari Mana?
Definisi Coaching
Coaching adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris. Menurut kamus Merriam-Webster, arti dari coaching adalah “to instruct, to direct or to train intensively“, yang artinya memberikan instruksi, bimbingan ataupun pelatihan intensif.
Perlu diperhatikan bahwa “menjalankan” tidak termasuk dalam definisi coaching.
Sebagian orang salah paham tentang hal ini. Mereka beranggapan bahwa proses coaching akan membantu mereka untuk menjalankan bisnisnya.
Padahal sebenarnya business coaching itu adalah proses yang membantu pelaku bisnis mencapai gol bisnis yang diingikan melalui bimbingan, instruksi dan juga pelatihan.
Dalam proses coaching, ada seorang pelatih yang biasa disebut coach, dan juga ada orang yang dilatih yang biasa disebut coachee.
Pada umumnya, coachee adalah para pemilik bisnis. Namun dalam perusahaan besar, para leader dan eksekutif juga membutuhkan seorang coach.
Prinsip Coaching
Coachee bertanggung jawab 100% atas kesuksesan dalam mencapai golnya. Seorang coach hanya membantu agar si coachee bisa lebih efektif dan efisien dalam proses mencapainya.
Teknik utama yang paling sering digunakan dalam coaching adalah questioning, yaitu bertanya.
Melalui pertanyaan-pertanyaan, seorang coach akan membantu coachee dalam menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri.
1. Penentuan Gol
Pada awalnya si coachee akan dibimbing untuk mengetahui apa yang “sebenarnya” ingin mereka capai.
“Menjadi lebih kaya” bukanlah alasan sebenarnya. “Menjadi lebih kaya agar keluarganya tidak perlu hidup susah seperti apa dia rasakan ketika masa kecil”, ini adalah alasan “sebenarnya”.
Dengan alasan yang kuat, seseorang akan lebih terpicu untuk mencapai golnya. Alasan yang kuat adalah sebuah pondasi kokoh untuk proses-proses berikutnya.
2. Perencanaan Strategi
Kemudian seorang coach akan membantu coachee dalam menyusun strategi untuk mencapai golnya.
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mencapai sebuah gol.
Coach tidak akan mengajarkan strateginya untuk mencapai gol yang ingin dicapai oleh si coachee begitu saja.
Coach bertugas untuk membantu si coachee untuk menemukan strategi yang paling sesuai untuk diri mereka sendiri. Jawabannya sebenarnya sudah ada dalam diri si coachee, hanya saja masih perlu digali.
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing, si coach akan membantu si coachee dalam proses menggali jawaban yang ada dalam diri mereka. Kemudian dilanjutkan dengan memvalidasi jawaban tersebut apakah masuk akal.
3. Monitoring
Dan selanjutnya, tugas seorang coach adalah memastikan si coachee menjalankan apa yang telah direncanakan, dan tidak keluar dari jalur.
Si coachee akan diminta untuk membuat sebuah komitmen. Salah satu teknik yang sering dipakai adalah dengan menentukan rewards & consequences.
Si coachee akan menghadiahi dirinya sendiri jika berhasil, namun juga harus menjalankan konsekuensi jika gagal dalam melaksanakan sebuah tugas.
4. Kompeten & Mandiri
Mengapa proses coaching banyak menggunakan teknik bertanya? Kenapa tidak langsung diberitahukan saja caranya?
Tujuan dari program coaching adalah agar si coachee bisa tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih berkompeten, mandiri tanpa ada ketergantungan terhadap si coach kedepannya.
Syarat Menjadi Seorang Coach
Tidak mudah untuk menjadi seorang coach. Kita sekarang berbicara tentang seorang business coach yang sebenarnya.
Seorang business coach wajib memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam menjalankan bisnis.
Apa ukurannya?
1. Level Direktur
Di GLC, setiap coach wajib memiliki pengalaman minimal 10 tahun dalam menjalankan bisnis dan telah mencapai posisi minimal level direktur.
Menurut kami, posisi level senior manager belum cukup. Untuk menjalankan sebuah bisnis, tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan manajerial.
Seorang manajer keuangan belum tentu bisa memberikan bimbingan yang maksimal di bagian lainnya, contoh SDM, operasional atau marketing.
Seorang business coach dituntut untuk mengerti dan sudah pernah menjalankan segala aspek bisnis.
2. Network
Sebagai pelaku bisnis yang memiliki pengalaman panjang dalam menjalankan bisnis, seorang coach pasti memiliki network yang sangat luas.
Kami juga percaya bahwa untuk cepat bertumbuh menjadi besar, diperlukan kerjasama atau kolaborasi dengan para expert.
Dalam GLC, kami menganggap para coach dan coachee sebagai satu keluarga besar. Tidak jarang seorang coach akan memberikan akses ke network yang mereka miliki kepada si coachee.
Melihat si coachee bisa sukses mencapai golnya merupakan sebuah kebanggaan besar bagi seorang coach.
3. Training
Calon business coach yang telah memenuhi dua kriteria di atas kemudian akan mengikuti sebuah training intensif di GLC selama 9 hari.
Training ini untuk memastikan semua coach di GLC menjalankan program coaching dengan standar kualitas tertinggi dan juga mengerti kultur kekeluargaan dalam ekosistem GLC.
Perbedaan Coaching Dari Yang Lainnya
Masih banyak orang yang salah mengartikan coaching, mentoring dan consulting. Ini dianggap 3 hal yang sama, hanya sebutannya yang berbeda.
Memang benar seorang business coach, mentor ataupun consultant adalah mereka yang mengerti tentang menjalankan bisnis. Namun ada perbedaan yang jelas di antara ketiganya.
Melalui coaching, hasil yang diperoleh lebih permanen dan si coachee menjadi individu yang lebih kompeten dan mandiri. Memang prosesnya memakan waktu yang tidak singkat.
Melalui mentoring, proses untuk mencapai gol menjadi lebih singkat. Namun si mentee masih memiliki rasa ketergantungan terhadap si mentor.
Melalui consulting, hasilnya bahkan lebih cepat daripada mentoring. Namun ketergantungan terhadap consultant sangat tinggi, karena semuanya dilakukan oleh consultant.
Mari kita bahas lebih lanjut tentang mentoring dan consulting agar lebih jelas lagi.
Definisi Mentoring
Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari mentoring ini adalah “to counsel, to tutor“. Jadi mentoring itu bisa diartikan seperti “mengajar”.
Dalam proses mentoring, ada seorang guru yang biasa disebut mentor, dan juga seorang murid yang biasa disebut mentee.
Seorang mentor memiliki pengetahuan spesialisasi terhadap satu bidang tertentu atau lebih, misalnya keuangan, SDM, operasional, dan lain sebagainya.
Dalam proses mentoring, si mentor langsung memberikan petunjuk-petunjuk kepada si mentee tentang apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki suatu masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Petunjuk dari si mentor adalah berdasarkan skill dan pengalaman yang dia miliki. Jadi si mentee tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk mencari jawabannya sendiri.
Si mentee cukup menjalankan apa yang diinstruksikan. Memang pada akhirnya, hasil yang diperoleh masih bergantung pada eksekusi si mentee.
Efek sampingnya adalah, ada kemungkinan si mentee tidak mengerti apa yang dijalankan, walaupun hal tersebut sudah tepat. Sehingga, ilmu yang didapatkan tidak bersifat permanen.
Si mentee masih membutuhkan petunjuk dari si mentor apabila kedepannya muncul tantangan yang sama lagi.
Definisi Consulting
Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari consulting ini adalah “to provide professional or expert advice“. Jadi consulting itu bisa diartikan seperti “memberi nasihat”.
Seorang consultant memiliki pengetahuan spesialisasi terhadap bidang tertentu. Mengerti menjalankan bisnis secara keseluruhan tidaklah perlu.
Contohnya seorang consultant pajak sangat mengerti tentang perpajakan. Seorang consultant SDM sangat mengerti tentang personalia.
Ketika pemilik bisnis menghadapi sebuah tantangan di bagian perpajakan, maka mereka bisa mencari bantuan consultant pajak untuk mendapatkan nasihat atau masukkan dari mereka.
Secara teori, seorang consultant cukup memberikan konsultasi atau berupa nasehat. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan cukup berbeda. Khususnya di Indonesia, consulting juga mencakup bagian pelaksanaan.
Seorang consultant juga membantu menjalankan rencana yang telah disetujui kliennya, sehingga hasilnya bisa didapat secara instan. Efek sampingnya adalah, si klien sangat bergantung pada si consultant.
Ibaratnya ini hanya solusi sementara atas sebuah masalah, atau memang solusi yang tepat untuk sebuah masalah yang sifatnya hanya terjadi sesekali saja.
Mana Yang Cocok Untuk Bisnis Saya?
Setiap bisnis pasti suatu saat akan membutuhkan semuanya, tergantung situasi dan kondisi.
Ketika kita menghadapi sebuah masalah darurat yang butuh penyelesaian secara cepat, maka consulting adalah pilihan yang tepat.
Ingin bisnis kita bisa berjalan auto-pilot, yang semua aspek bisnis sudah matang, maka program coaching sangat membantu.
Dan jika ingin bisa mencapai gol tersebut lebih cepat, maka diperlukan kombinasi coaching dan mentoring.
Mengapa Kombinasi Coaching dan Mentoring?
Sebelum menjalankan program coaching, pemilik bisnis akan menjalankan proses pemeriksaan kondisi bisnis yang dijalankan terlebih dahulu.
Dalam GLC, proses ini dinamakan Business Check-up.
Dalam proses ini, seorang coach akan mengetahui seberapa besar ratio coaching-mentoring yang dibutuhkan si coachee saat itu juga. Apakah 70-30, 50-50, atau bahkan harus mentoring sepenuhnya terlebih dahulu.
Ketika bisnis sedang menghadapi masalah darurat yang harus segera diatasi, teknik mentoring lebih cocok untuk digunakan.
Ibaratnya ketika kita mendeteksi kanker, harus segera dibuang sebelum kankernya menjadi ganas dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Program coaching di GLC sifatnya fleksibel. Tidak ada patokan pada sebuah kurikulum.
Contoh yang tidak fleksibel: sesi pertama membahas laporan keuangan, sesi kedua membahas SDM, sesi ketiga membahas marketing, dan selanjutnya.
Kalau “kanker”-nya ada pada bagian operasional, apakah masuk akal untuk ditunda hingga sesi keempat, atau jangan-jangan sesi terakhir?
Masalah darurat harus diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu barulah kita kembali lagi ke proses normal coaching.
Karena tujuan utama dari program coaching di GLC adalah sebuah hasil yang permanen. Artinya si coachee menjadi individu yang kompeten dan mandiri. Ini harus melalui proses coaching.
Apa Tanda-tanda Kita Membutuhkan Seorang Coach?
Menurut Bill Gates, ex-CEO Microsoft, dan juga Eric Schmidt, ex-CEO Google, setiap orang yang ingin menjadi lebih baik atau sukses, butuh seorang coach.
Baik Anda seorang guru, atlit, musisi, apalagi kalau Anda seorang pemilik bisnis.
Manfaat utama yang bisa kita dapatkan dari seorang coach sebenarnya adalah mendapatkan feedback yang objektif.
Kita tidak bisa mendapatkan feedback yang objektif dari pasangan kita, orangtua kita, teman kita, ataupun orang-orang terdekat kita. Feedback dari mereka pasti lebih subjektif.
Kita juga tidak bisa mendapatkan feedback dari orang-orang yang tidak mengerti bisnis. Ditambah lagi mereka juga tidak begitu mengerti diri kita.
Inilah peran penting seorang coach, untuk terus memberikan feedback berkualitas dan juga mendorong kita agar lebih giat dalam mengejar gol kita.
Ini ada beberapa hal yang merupakan tanda bahwa kita sedang membutuhkan seorang coach:
- Pertumbuhan bisnis stagnan.
- Ada masalah dalam bisnis yang tidak terselesaikan.
- Progress menuju gol lambat.
- Susah cari karyawan yang baik.
- Bisnis ramai tapi cashflow tidak kelihatan.
- Masalah pada laporan keuangan.
- Merasa tidak yakin apakah bisnis sudah dijalankan dengan benar.
Seberapa Besar Tingkat Keberhasilan Coaching?
Keberhasilan proses coaching bukan hanya bergantung pada kompetensi dari si coach, tetapi juga komitmen dari si coachee.
Oleh karena itu, biasanya sebelum proses coaching, yaitu dalam proses Business Check-up, coach dan coachee akan mewawancarai satu sama lain.
Si coachee memastikan bahwa si coach memiliki kompetensi yang cukup untuk membantu dia membawa bisnisnya mencapai gol yang dituju.
Si coach memastikan bahwa si coachee memiliki kemampuan. Dan yang paling penting, si coachee juga harus memiliki karakter atau komitmen yang kuat untuk mencapai golnya.
Seberapa bagusnya strategi yang dihasilkan, kalau tidak dijalankan, ya tidak akan ada hasilnya.
Setelah proses ini selesai, jika coach dan coachee merasa cocok satu sama lain, maka bisa dilanjutkan ke program coaching-mentoring.
Referensi: GLC Business Check-up
Mau Ikut Coaching, Mulai Dari Mana?
GLC memiliki sebuah platform coaching yang bisa membantu para pemilik bisnis menemukan coach yang paling tepat untuk mereka dan bisnis yang dijalankan.
Platform ini adalah GlobalExpert. Anda bisa mengaksesnya melalui https://coaching.glcworld.co.id ataupun mendownload aplikasi atau dengan nama GlobalExpert.
Benefit yang bisa Anda temukan di dalam GlobalExpert:
- Mencari coach berdasarkan spesialisasinya.
- Melihat rating dan testimoni setiap coach.
- Melihat jadwal setiap coach, sehingga mempermudah proses scheduling.
Selain itu, GlobalExpert juga memberikan opsi bagi pemilik bisnis yang ingin menjalankan sesi coaching atau yang lainnya via online video conference.
Dengan ini, para pemilik bisnis bisa lebih menghemat uang, waktu dan tenaga. karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi, waktu yang habis dalam transportasi dan juga pastinya energi kita.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagi Anda. Silakan dibagikan ke orang-orang yang bisa mendapatkan manfaat dari informasi ini.
Always GO BIG!!!